26 Hal Dalam Wawancara

26 Hal yang Harus Diperhatikan Dalam Wawancara

26 Hal yang Harus Diperhatikan Dalam Wawancara

Oleh karena wawancara pada dasarnya merupakan suatu bentuk komunikasi antar pribadi yang unik, akan bermanfaat apabila kita mengawali analisis kita dengan sutu model komunikasi yang umum.

Komunikasi dalam wawancara sebagai suatu proses timbal balik. Kedua orang dalam sebuah wawancara memberikan kontribusi pada interaksi, dan keefektifan upaya-upaya mereka bergantung pada kerjasama timbal balik. Tak satupun dari keduanya yang memiliki kendali eksklusif atas perilaku komunikasi orang satunya, dan salah satunya sama-sama bisa memilih untuk menghentikan komunikasi.

Menciptakan suatu suasana dimana si interviewee bersedia untuk berkomunikasi.

Komunikasi dua arah umumnya lebih efektif dari komunikasi satu arah. Komunikasi satu arah dicirikan oleh pesan-pesan yang pada dasarnya berjalan ke satu arah saja, misalnya, dari pewawancara ke yang diwawancarai. Pengirimnya tidak begitu tertarik pada respon-respon, pertanyaan-pertanyaan, komentar-komentar, atau reaksi-reaksi dari si penerima. Sebagai akibatnya, dalam sebuah situasi satu arah si pewawancara tidak merasa bahwa sudah terjadi saling pengertian atau bahwa pesannya sudah efektif karena tidak ada umpan balik (feedback). (Banyak orang yang merasa nyaman dengan situasi satu arah karena hal ini efisien dalam hal menghemat waktu dan mereka tidak harus merasa khawatir tentang reaksi mereka terhadap pertanyaan-pertanyaan atau komentar-komentar)

Tentukan feedback menjadi alat penentu arah dari tujuan wawancara.

Pesan-pesan dikirimkan ke dua arah, sehingga kedua individu sama-sama berpartisipasi sebagai pengirim dan penerima, dan masing-masing harus mau menerima respon-respon, atau feedback, yang diterima dari orang lainnya. Komunikasi dua arah membutuhkan waktu.

Eksperimen dan latihan-latihan telah menunjukkan bahwa upaya dan waktu yang lebih banyak, dan kesediaan untuk menerima feedback berperan besar dalam meningkatkan kemungkinan bahwa orang-orang yang terlibat akan saling memahami satu dengan yang lainnya.

Hindari keliru mengasumsikan mereka sudah tahu dengan pasti hasil-hasil yang mereka inginkan, si penerima pasti juga tahu. Sehingga, mereka seringkali mengabaikan untuk memberikan rincian-rincian penjelas.

Kadangkala harapan untuk mendapatkan feedback tidak pernah diartikulasikan, dan orang-orangpun tidak memberikannya. Sebagai contoh, dulu ada seorang interviewee yang mendengarkan beberapa instruksi dari seorang interviewer. Komentarnya cuma, “Ya, pak”.

Anda mungkin harus membuat permintaan yang jelas bahwa anda menginginkan feedback dan membangun suatu situasi yang memungkinkan orang yang diwawancarai untuk memberikan feedback tersebut.

Wawancara-wawancara terjadi karena suatu tujuan, dan memfokuskan pada jenis-jenis informasi tertentu. Salah satu karakteristik dari pewawancara yang baik adalah kemampuan untuk mengendalikan interaksi sehingga tujuan wawancara tercapai. Hal ini berarti bahwa tidak semua komentar atau respon relevan. Oleh karenanya, anda mungkin perlu menetapkan batasan-batasan mengenai jenis respon yang tepat.

Tingkatan kendali yang diperlukan dalam suatu wawancara sangatlah bervariasi. Pada wawancara-wawancara medis, penelitian, dan bisnis tertentu kendali mungkin cukup mudah untuk dipertahankan dan cukup penting; dalam wawancara-wawancara jurnalistik dan untuk memperoleh informasi, dimana orang yang diwawancarai tidak selalu harus mau bekerja sama dengan anda, kendali mungkin merupakan sesuatu yang hampir mustahil untuk dipertahankan.

Karena feedback adalah dimensi wawancara yang penting, anda perlu melakukan upaya yang sangat penuh kesadaran dan terencana untuk mendapatkan feedback apabila tidak diberikan secara sukarela. Saran-saran berikut adalah teknik-teknik yang sangat bermanfaat guna menghasilkan feedback: (1) meminta feedback; (2) mendengarkan ketika diberikan; (3) melatih orang-orang agar merasa anda mau menerima feedback; dan (4) mempertahankan suasana yang memungkinkan adanya feedback.

Tiap komunikator membutuhkan skill-skill mengirimkan dan menerima yang seimbang. Seringkali ketika orang-orang berpikir tentang komunikasi dalam kaitannya dengan mengirimkan dan menerima, mereka menganggap satu orang sebagai pengirim dan orang lainnya sebagai penerima. Hal ini patut disayangkan karena satu orang kemudian ditandai sebagai pembicara dan orang lainnya sebagai pendengar. Tentu saja, anda memerlukan kecakapan dalam berbahasa agar bisa mengekspresikan pemikiran-pemikiran anda dengan baik. Tapi, sayangnya kebanyakan orang memiliki latihan yang lebih banyak dalam mengemukakan daripada dalam mendengarkan. Oleh karena itu, kami menggaris bawahi mendengarkan sebagai salah satu kunci dari skill-skill mewawancarai dan berkomunikasi.

Masing-masing orang adalah filter komunikasi yang unik; karenanya, selalu siap untuk perbedaan-perbedaan. Dalam beberapa hal tiap orang tidak sama dengan tiap-tiap orang lainnya; tidak ada dua orang yang benar-benar serupa. Ini yang membuat komunikasi menjadi begitu menantang; dua orang yang memiliki perbedaan dalam hal-hal yang penting, yang memiliki tujuan-tujuan berbeda, yang menggunakan bahasa secara berbeda, dan yang memiliki gaya-gaya berkomunikasi yang berbeda pula kemudian saling berbagi kesamaan yang mereka miliki.

Salah satu penyebab terbesar dari permasalahan-permasalahan komunikasi adalah bahwa kita menganggap bahwa orang-orang sama seperti diri kita sendiri dan bukannya menyesuaikan diri dengan fakta bahwa mereka mungkin berbeda dalam beberapa hal.

Keefektifan diukur dalam kaitannya dengan sejumlah ukuran-ukuran berbeda. Bagaimana mengukur keefektifan?

Anda harus menilai keefektifan anda berdasarkan hasil-hasilnya. Tentu saja ini menyiratkan bahwa anda mampu mengidentifikasi apa tujuan-tujuan anda dengan pasti. Seorang pewawancara profesional secara otomatis mengidentifikasikan sebuah tujuan.

Kadang-kadang, para pewawancara menilai keefektifan dengan teknik-teknik yang telah mereka gunakan.

Memfokuskan pada teknik-teknik, serta belajar bagaimana cara menghindari pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya mengarahkan.

Semua wawancara tersusun atas dua dimensi penting yang bisa dianalisa keefektifannya: kandungan isi dan hubungan. Yang cenderung akan lebih difokuskan adalah isi. Hendaknya melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi atau untuk memberikan informasi. Akan tetapi, menganggap bahwa hubungan antar pewawancara dan orang yang diwawancarai sama pentingnya dalam kebanyakan situasi. Bahkan, sifat-dasar hubungan tersebut bisa menentukan apakah informasi tertentu telah disampaikan selama wawancara atau tidak.

Sebuah wawancara bisa saja juga memiliki beberapa tujuan dan, karenanya, hasil-hasil yang bermacam-macam.

Guna menilai keefektifan, anda juga harus bertanya “dari sudut pandang siapa?”. Para komunikator seringkali memiliki tujuan-tujuan berbeda yang tidak dapat disatukan, yang menjadikannya mustahil untuk tercapai semua.

Suatu kriteria yang vital untuk menilai keefektifan adalah konsep validitas. Hal ini mengacu pada tingkatan anda mengamati, menerima, atau mengukur apa yang anda pikir sedang anda amati, terima, atau ukur. Cara lain untuk memandang validitas adalah dengan bertanya, “Apakah saya benar-benar mendapatkan informasi yang sesuai kenyataan?”. Kadangkala validitasnya rendah karena orang-orang cenderung untuk berbohong, menipu, atau hanya menjawab sebagian saja. Pada saat yang lain validitas terhambat oleh kekurang memadaian teknik-teknik dan kecenderungan-kecenderungan terhadap interpretasi-interpretasi yang bias dari informasi-informasi yang sedang diterima. Maka, ini berarti bahwa semua rintangan komunikasi nyata yang ditemukan dalam wawancara bisa menurunkan akurasi dalam mendapatkan atau memberikan informasi dan, karenanya, mengurangi validitas wawancara. Yang agak berhubungan dengan validitas adalah konsep reliabilitas sebagai sebuah faktor dalam menilai keefektifan. Reliabilitas adalah tingkatan sampai sejauh mana anda akan mendapatkan hasil-hasil yang sama apabila anda atau pewawancara lain hendak melakukan wawancara yang sama dengan orang-orang yang sama pula. Apabila dua orang mewawancarai orang yang sama tentang topik yang sama dan tidak mendapatkan informasi yang konsisten, maka berarti ada yang salah, dan hasil-hasil dari kedua pewawancara tersebut akan dipertanyakan. Sekali lagi, ketidaksesuaian mungkin terjadi karena suatu perubahan yang disengaja oleh orang yang diwawancarai atau karena sejumlah ketidak konsistenan atau kekurang memadaian di pihak si pewawancara.

Sebagai contoh, Herbert Hyman melaporkan sejumlah penelitian yang mempertanyakan reliabilitas data. Dalam sebuah penelitian, pewawancara kulit hitam dan kulit putih mensurvey sebuah sampel orang-orang kulit hitam dan mendapatkan informasi yang berbeda. Si pewawancara berkulit hitam melaporkan lebih banyak kebencian mengenai diskriminasi dibandingkan si peneliti yang berkulit putih. Kenapa bisa? Kita tidak tahu pasti. Apakah orang-orang kulit hitam tersebut dengan sengaja menahan informasi, atau apakah orang secara perseptual telah dibutakan atau bias? Kita tidak tahu. Akan tetapi, fakta bahwa kedua kelompok tersebut berbeda membuat kita mempertanyakan reliabilitas data. Ada banyak penelitian seperti milik Hyman. Demikian pula, ketika dua orang petugas perekrutan memiliki penilaian yang jauh berbeda mengenai seorang kandidat yang sama, maka reliabilitasnya rendah. Karena jawaban-jawaban interviewee tidak bisa dikendalikan sepenuhnya,

Meskipun wawancara pada dasarnya merupakan pertukaran oral, kuesioner dan resume-resume seringkali digunakan di dalam wawancara sebagai pelengkap. Namun, yang lebih penting lagi adalah fakta bahwa situasi empat-mata memungkinkan pesan-pesan visual dan non-verbal menjadi aspek-aspek penting dari wawancara. Hal-hal tersebut jangan sampai diabaikan. Kadang-kadang, pesan-pesan visual ini memperkuat pesan-pesan verbal; pada saat-saat lainnya, mungkin malah bertentangan. Sebagai contoh, seseorang mungkin berkata, “Saya merasa nyaman, terima kasih” namun pada saat yang sama dia meremas-remas sapu tangannya dan dengan gelisah mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan.

Indeks Wawancara

Labels:

Infoskripsi Bandulan, Malang and work as an Administrator at Infoskripsi Corp.
0
The item being reviewed 4 5 24